Selasa, 10 Januari 2012

Memadukan Bangunan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

faktor utama dalam membuat bangunan hemat energi dan ramah lingkungan adalah bahan bangunan mendukung hemat energi. ini masih ada hubungan nya dengan isu pemanasan global, perubahan iklim secara ekstrem.


Bentuk arsitektur bangunan (rumah, gedung) harus berempati, tanggap, dan memberikan solusi. Salah satunya adalah memadukan bangunan (rumah, gedung) yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Bak ibarat tubuh, kita perlu melakukan diet mengurangi kadar kolesterol dalam bangunan dan menjadikan bangunan lebih langsing dan segar yang dapat menyehatkan diri sendiri (kantong tabungan, bangunan, penghuni) dan lingkungan (warga, kota) serta menghindari stroke komplikasi sosial. Untuk itu, kita perlu mengenali pokok-pokok permasalahan dan upaya-upaya yang dapat dilakukan.

Pembangunan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan harus murah, mudah, dan berdampak luas. Pengembangan kota hijau (green city), properti hijau (green property), bangunan hijau (green building), kantor/sekolah hijau (green school/office), hingga pemakaian produk hijau (green product) terus dilakukan untuk turut mengurangi pemanasan global dan krisis ekonomi global.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan (green product).

Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen), konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30 persen), bahan bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15 persen.

Seberapa besar bangunan (rumah, gedung) yang akan dibangun? Cukup adalah cukup. Volume bangunan dijaga agar biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan terkendali dan lebih hemat.


Bangunan dirancang dengan massa ruang, keterbukaan ruang, dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi bersilangan, dan void berimbang yang secara klimatik tropis berfungsi untuk sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami merata ke seluruh ruangan agar hemat energi.

Pemanfaatan energi alternatif


Untuk menghemat pemakaian listrik, kita dapat menggunakan lampu hemat energi, mempertahankan suhu AC di 25ยบ C, membuka tirai jendela bila memungkinkan agar terang, dan matikan peralatan elektronik jika tidak diperlukan (bukan posisi stand-by).


Penghuni diajak memanfaatkan energi alternatif dalam memenuhi kebutuhan listrik yang murah dan praktis, serta ditunjang pengembangan teknologi energi tenaga surya, angin, atau biogas untuk bangunan rumah/ gedung.

Penggunaan material lokal justru akan lebih menghemat biaya (biaya produksi, angkutan). Kreativitas desain sangat dibutuhkan untuk menghasilkan bangunan berbahan lokal menjadi lebih menarik, keunikan khas lokal, dan mudah diganti dan diperoleh dari tempat sekitar. Perpaduan material batu kali atau batu bata untuk fondasi dan dinding, dinding dari kayu atau gedeg modern (bambu), atap genteng, dan lantai teraso tidak kalah bagus dengan bangunan berdinding beton dan kaca, rangka dan atap baja, serta lantai keramik, marmer, atau granit. Motif dan ornamen lokal pada dekoratif bangunan juga memberikan nilai tambah tersendiri.

Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.
desain rumah seng


Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan menyerap air. Keseluruhan atau sebagian atap bangunan dikembalikan sebagai ruang hijau pengganti lahan yang dipakai massa bangunan di bagian bawahnya. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden) dan dinding dijalari tanaman rambat (green wall) agar suhu udara di luar dan dalam turun, pencemaran berkurang, dan ruang hijau be
rtambah.




Rumah ramah lingkungan bisa direncanakan sejak awal desain rumah dan pembangunan rumah dengan cara memilih dan menggunakan bahan bangunan yang "sustainable" (berkelanjutan) dan ramah lingkungan. Bahan bangunan dapat dikatakan ramah lingkungan bila makin sedikit proses perubahan transformasi (teknologi), tidak merusak (mencemari) lingkungan, dan tidak mengganggu kesehatan manusia yang ikut andil di dalam interaksi terhadap material tersebut.
Bahan bangunan ramah lingkungan juga dapat dinilai dari pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Ini semua dikarenakan bahan bangunan bisa sebagai pencemar udara, pencemar air dan pencemar tanah.

         Pencemaran udara akibat bahan bangunan yang mengganggu kesehatan sering kali disebabkan oleh kesalahan pelaksana pembangunan (arsitek, insinyur dan pemborong) yang sering sekali mereka tidak merasakan akibatnya. Akibat-akibat pencemaran udara ini akan dirasakan oleh: penghuni rumah, tukang (yang bekerja memasang material yang dipilih oleh perencana), buruh pabrik (yang memproduksi bahan bangunan), dan tukang yang kemudian hari membongkar rumah tersebut.
Pencemaran air akibat industri bahan bangunan yaitu berupa limbah cair, oli bekas (transportasi truk), dan sebagainya akan mengurangi sumber air minum yang sehat. Telah kita ketahui bersama bahwa persoalan air minum adalaha masalah yang terbesar untuk masa depan bumi kita.

          Sedang pencemaran tanah yang diakibatkan oleh industri material adalah adanya lalu lintas transportasi bahan bangunan dan timbulnya makin banyak pembangunan rumah. Hal ini menyebabkan akan mengurangi jumlah lahan subur untuk pertanian disamping lahan yang adapun akan tercemar dan menumbuhkan bahan makanan yang tidak sehat bagi manusia.
penggolongannya menurut penggunaan bahan mentah dan tingkat transformasi (perubahan)nya adalah sebagai berikut:
  • Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali (regeneratif)
Seperti bahan bangunan nabati misalnya kayu, rotan, rumbia, alang-alang, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapuk, dan lain-lain.
Adapun bahan bdari hewani seperti kulit binatang, wool dan sebagainya.
Semua bahan bangunan tersebut dapat dibudidayakan kembali misalnya, kayu membusuk atau terbakar menjadi karbon yang pada tanah bisa berfungsi sebagai pupuk pohon kayu generasi berikutnya. Persiapan dan penggunaan bahan bangunan ini dilakukan ditempat pelaksaan bangunan dengan penggunaan energi yang kecil dan dengan tekhnologi (kepandaian) pertukangan yang sederhana.
  • Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali (recycling)
         Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali adalah bahan bangunan yang tidak dapat dihasilkan lagi (regeneratif), akan tetapi karena kebutuhan bahan tersebut dengan persiapan khusus dapat digunakan lagi. Contoh bahan bangunan ini adalah tanah, tanah liat (lempung), tras, kapur, batu kali, batu alam, pasir, dan sebagainya.
  • Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali (recycling dalam fungsi yang berbeda)
         Bahan bangunan ini didapat dari seperti limbah, potongan, sampah, ampas, dan sebagainya dari perusahaan industri. Biasanya material ini dalam bentuk: bahan pembungkus/kemasan (misalnya kardus dan kertas, kaleng bekas, botol bekas, dan sebagainya), mobil bekas (atap mobil bekas, kaca mobil bekas dan sebagainya), ban mobil bekas, serbuk kayu, potongan kain sintetis, potongan kaca, potongan seng dan sebagainya.
Janganlah menganggap remeh bahan bangunan recycling. Dengan kreatifitas desain arsitektur rumah yang tinggi akan menghasilkan karya arsitektur yang bernilai dari segi fisik ataupun maknanya.
Golongan bahan bangunan ini lambat laun akan hilang apabila pembangunan ekologis telah tercapai di dalam masyarakat yang hidup seimbang dengan lingkungan alamnya.
  • Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana
         Bahan bangunan ini disediakan secara industri rumah , seperti misalnya batu bata, genteng tanah liat. Kedua bahan bangunan tersebut berbahan mentah tanah liat yang terdapat dimana saja. Setelah dibentuk tanah liat ini kemudian dibakar. Bahan bangunan ini adalah bahan bangunan tertua yang diciptakan manusia. Proses pembuatan yang sederhana dari batu bata dan genteng biasanya dilakukan oleh rakyat di desa-desa setempat. Sehingga kegiatan ini mendukung peningkatan ekonomi rakyat.

         Sebagai tambahan saya akan memaparkan juga beberapa material yang kurang atau tidak ramah lingkungan. Hal ini akan menjadi makin memperjelas betapa ramah lingkungannya bahan bangunan-bahan bangunan yang telah disebutkan diatas, bahan bangunan ini antara lain:
  • Bahan bangunan komposit
         Adalah merupakan bahan bangunan yang tercampur menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian bangunan.
Contohnya, batu buatan yang tidak dibakar (batako genteng beton dan conblock) yaitu campuran antara pasir dan semen. Bahan bangunan batu buatan yang tidak dibakar ini meskipun tergolong bahan bangunan komposit dan kurang ramah terhadap lingkungan, material ini biasanya diproses oleh industri rumah yang dimiliki oleh rakyat. Jadi, masih tergolong agak ramah lingkungan.
Contoh lain adalah bahan bangunan yang dilebur (logam dan kaca). Kemudian juga bahan bangunan sebagai pengikat/perekat (semen merah, kapur merah, kapur padam, kapur kering dan semen). Termasuk bahan bangunan komposit seperti beton bertulang, pelat serat (fiber) semen, beton komposit, cat kimia, perekat, dan dempul.
  • Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat perubahan transformasi
         Ialah bahan bangunan sintetik (plastik). Bahan bangunan sintetik mamakai bahan mentah fosil (minyak bumi, arang atau gas). Dalam proses pembuatannya bahan bangunan sintetik banyak memerlukan energi. Contoh bahan bangunan ini misalnya, pipa air bersih dan kotor dari PVC, lapisan lantai, selang, zat pelengkap cat, peralatan listrik, profil plastik, busa yang elastis, topi pelindung, pelat transparan plastik bergelombang, alat perlengkapan pintu dan jendela, perekat yang tahan cuaca, karet sintetis, bahan penutup celah bangunan, cat kedap air, dan sebagainya.
Bahan bangunan sintetik ini tergolong mengkhawatirkan dalam masalah lingkungan hidup dikarenakan
  • Mengandung zat pelunak yang membahayakan bagi kesehatan manusia (PVC)
  • PVC dan PE yang banyak dipakai bahan bangunan sintetik agak sukar di daur ulang (PVC) dan agak mahal didaur ulang (PE).
  • Pengolahan harus melewati beberapa proses yang ternyata tidak bisa dibalik (irreversible). 
  • Menggunakan bahan baku minyak bumi yang tidak bisa diperbarui. 
  • Dalam pengolahannya banyak membutuhkan energi
 sumber ; 

-Kompas.com, Kamis, 23 Oktober 2008 | 10:16 WIB
NIRWONO JOGA Arsitek Lanskap
- sketsarumah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar