pertanyaan mendasar apakah kota hemat energi sama dengan kota hijau?? hmm... ya menurut pendapat saya.. sama.. sama-sama dalam tujuan yang baik dan enak di denger saja..hehe... namun apa yang sebenarnya kita pikirkan tidak seperti apa yang kita bayangkan.. apalagi dalam kenyataan di zaman sekarang ini... kehidupan kota berubah dari zaman ke zaman..
yaa kota hemat energi ada hubungan nya dengan ruang terbuka kota...
Kota Hijau Atau Kota Hemat Energi? Solusi Terhadap Global Warming
Global Warming
(Pemanasan global) adalah permasalahan yang sedang kita hadapi di dunia saat
ini. Dampaknya memberikan efek yang negatif pada bumi, dengan mulai mencairnya
es di Kutub Utara, punahnya species hewan dan tumbuhan, juga berakibat pada
memburuknya kesehatan manusia. Salah satu penyebabnya adalah pembakaran BBM
(Bahan Bakar Minyak) yang merupakan konsumsi terbesar umat manusia di dunia
yang dapat mengemisi CO2 dan memicu pemanasan bumi. Penggunaan BBM memang belum
bisa tergantikan karena belum siapnya energi alternatif, sementara persediannya
mulai menipis dan harganya yang melonjak tinggi.
Dari sekian
banyak penggunaannya di seluruh belahan dunia, sebuah kota besar paling banyak
konsumsinya dibandingkan dengan wilayah / daerah lain seperti pedesaan, suburbs
dll. Bila dipersentasikan, kota memakan lebih dari 70 % energi. Saat ini memang
di setiap perkotaan, masyarakatnya mulai disadarkan untuk peduli lingkungan.
Sering kita dengar, seperti GO Green, Green City, Green Concept, Green Living,
Green Development dan banyak slogan lainnya. Banyak juga diadakan event – event
seperti tanam sejuta pohon, green concert, pembagian bibit tanaman gratis dll.
Semuanya menyuarakan agar menjaga lingkungan kota tetap hijau.
Walaupun pada
prakteknya akan ditemui berbagai kesulitan / hambatan karena banyaknya
kepentingan dari berbagai pihak terutama dari sisi komersialitas. Banyak
dibangunnya Apartemen, Office, Mal dan pusat perbelanjaan lainnya menunjukkan
bahwa porsi hijau yang kita gembor - gemborkan itu tidak sebanding dengan hutan
– hutan beton yang terus berdiri setiap tahunnya. Seharusnya, area hijau
memiliki tempat yang lebih banyak dalam sebuah kota. Karena hanya pepohonan
& tanaman hijau lah yang dapat mengurangi pembakaran BBM atau emisi CO2 di
udara.
Dari uraian di
atas mungkin dapat sedikit disimpulkan, kita belum bisa membentuk sebuah kota
hijau untuk mengatasi global warming. Kita perlu memandang permasalahan
tersebut dari sisi yang lain; Seperti dengan menghemat energi BBM ataupun
menciptakan energi alternatif. Sehingga mengurangi pembakaran BBM di udara
karena minimalnya penggunaan dan lebih menggunakan bahan bakar lain yang lebih
ecofriendly atau bersahabat dengan lingkungan.
Jadi lebih tepat
kita berusaha untuk membentuk sebuah kota hemat energi daripada sebuah kota
hijau untuk mengatasi permasalahan global warming. Walaupun dalam kota hemat
energi berupaya meminimalisasi penggunaan energi namun tidak akan mengganggu
atau tetap bisa untuk penyelenggaraan aktifitas warga kota. Dalam setiap
bagiannya dari sebuah kota, bisa kita ambil beberapa konsep atau strategi untuk
membentuk kota hemat energi. Sebuah kota dibagi ke dalam sub - sub seperti
warga kota itu sendiri, hunian / rumah tinggal, fasilitas perkotaan (sekolah,
rumah sakit, kantor, bangunan publik dll.), transportasi atau akses dan ruang
terbuka hijau. Untuk menciptakan konsep kota hemat energi maka perlu dijabarkan
dan ditelusuri dari sub – sub kota tersebut di atas.
Pertama, hunian /
tempat tinggal / perumahan; ada 3 aspek yang bisa kita ambil, yaitu : Akses
masuk ke dalam perumahan. Fenomena yang sekarang terjadi di Indonesia, akses
tersebut terlalu jauh ke dalam sehingga warganya harus menggunakan kendaraan
bermotor yang tentunya pemborosan BBM sementara itu juga tidak adanya jalur
pedestrian yang berselasar / beratap, sehingga warganya lebih memilih untuk
menggunaan kendaraan umum. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan kembali dengan
membuat akses yang lebih dekat ke dalam perumahan terutama perlu dipikirkan
kembali bagi pemerintah maupun pengembang swasta yang membangun perumahan.
Aspek kedua,
Orientasi bangunan perumahan. Kondisi perumahan yang ada sekarang, orientasi
tidak terlalu diperhatikan. Dengan memperhatikan orientasi bangunan maka akan
memaksimalkan perolehan sinar matahari ke dalam rumah dan akan lebih hemat
energi karena tidak diperlukan cahaya lampu / listrik di siang hari. Yaitu
dengan menghadapkan bangunan ke arah selatan, ruang utama menghadap selatan
sementara ruang pendukung menghadap utara.
Aspek ketiga
adalah penataan bangunan. Perencanaan yang baik dalam sebuah kompleks perumahan
sangatlah diperlukan. Warga tidak perlu menggunakan kendaraan hanya untuk
membeli kebutuhan rumah yang sangat jauh jaraknya. Oleh karena itu perlu dibuat
fasilitas komersial ataupun toko yang jaraknya dekat dengan rumah yang memungkinkan
untuk penghuninya berjalan kaki menuju ke sana.
Kedua, Fasilitas
perkotaan yang berupa bangunan juga perlu diperhatikan agar dapat menghemat
energi yaitu dengan membuat rancangan pasif dengan memperhatikan aspek – aspek
sebagai berikut : orientasi bangunan utara – selatan, memanfaatkan cahaya
matahari tidak langsung bagi penerangan ruang dalam bangunan, meminimalkan
radiasi panas / cahaya matahari langsung dari plafon maupun dari luar bangunan,
meminimalkan penggunaan elemen kaca pada bangunan tinggi, mengoptimalkan
ventilasi silang (meminimkan penggunaan AC), mengurangi pelapisan permukaan
tanah dengan material keras (aspal, beton, dsb.) untuk mengurangi pemanasan
lingkungan sekitar bangunan dan beberapa aspek lainnya.
Bangunan hemat
energi juga harus didesain sesuai dengan iklim lingkungan setempat, karena dari
contoh yang sudah ada, banyak bangunan – bangunan di Indonesia yang banyak
menggunakan elemen kaca yang sebenarnya sangat tidak cocok dengan iklim tropis
dan dapat mengakibatkan efek rumah kaca yang juga salah satu faktor penyebab
global warming. Selain itu, perlu juga disosialisasikan untuk bangunan –
bangunan yang menggunakan energi alternatif / energi yang bisa diperbaharui
seperti sel surya / cahaya matahari, energi angin atau energi biofuel.
Beberapa
fasilitas penunjang dalam sebuah bangunan juga bisa dijadikan aspek hemat
energi, seperti pemakaian lampu, eskalator, ataupun lift. Dengan teknologi saat
ini, dapat memungkinkan untuk berhemat energi karena adanya sistem canggih yang
mapu membuatnya menjadi otomatis. Sehingga akan bisa hidup atau hanya bisa
dipakai bila ada sensor manusia yang berada di dalam atau yang sedang
beraktifitas di dalam bangunan. Bila tidak terpakai, sistem tersebut akan
otomatis mematikan penggunaannya.
Sistem pola grid di kota Milton keynes |
gambar diatas>>Rancangan
kota Milton Keynes lebih mengacu kepada sistem kota yang lebih
menitikberatkan manusianya untuk tidak banyak menggunakan kendaraan
bermotor sehingga lebih hemat energi.
Karakteristik
ruang kota ini yaitu ; konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan
dirancang secara integratif ; sistem garden city yang memusatkan kota
taman di sekitar pusat kota ; sebagai kota satelit yang merupakan kota
kecil mandiri di tepi sebuah kota besar yang berfungsi sebagai penunjang
kebutuhan hidup masyarakat kota. Sebagai kota satelit tentunya kota ini
memiliki potensi sebagai penunjang kehadiran kota besar yang merupakan
akses menuju kota besar. Apalagi fungsinya sebagai peri urban regions
yang sangat
menentukan kehidupan perkotaan di masa yang akan datang karena segala
bentuk perkembangan fiskal dan fungsional akan terjadi di wilayah ini.
sumber :
organisasi.org/kota-hijau-atau-kota-hemat-energi-solusi-terhadap-global-warming
akucintatehbotol.blogspot.com/2010/09/identifikasi-perkembangan-morfologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar